Bahagia? Kok Selingkuh?

Fact News

--

Akhir-akhir ini, media Indonesia dan internasional digemparkan dengan munculnya kasus perselingkuhan dari kalangan selebritis. Mulai dari vokalis Maroon 5, Adam Levine, Youtuber Indonesia Reza Arap, hingga pedangdut Rizky Billar. Perselingkuhan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku yang melanggar komitmen suatu hubungan Mengacu dari definisi ini, perilaku yang dapat diklasifikasikan menjadi selingkuh bergantung kepada komitmen yang telah dibuat oleh masing-masing pasangan dan dapat berbeda untuk semua orang. Pengertian perselingkuhan menurut Blow dan Hartnett adalah kegiatan secara seksual atau emosional yang dilakukan oleh salah satu atau kedua individu yang sedang terikat dalam hubungan berkomitmen dan perilaku tersebut dianggap melanggar kepercayaan dan norma, berhubungan dengan eksklusivitas emosional maupun seksual (Muhajarah, 2016). Menurut survey yang dilakukan oleh JustDating, suatu aplikasi kencan online, 40% dari pasangan di Indonesia pernah melakukan selingkuh sehingga menempatkan Indonesia di peringkat kedua di kalangan negara Asia dengan tingkat perselingkuhan yang tertinggi. Berdasarkan paparan diatas sangat disayangkan adanya tindakan perselingkuhan ini. Akan tetapi, mengapa ya perilaku selingkuh ini bisa terjadi?

Interdependence theory

Jika dilihat dalam pola interaksi romantis, maka tidak akan terlepas dari perilaku memberi dan juga menerima atau pengorbanan dan reward di setiap pasangannya. Akan tetapi, kedua hal tadi juga akan bergantung dengan harapan masing-masing pihak yang terlibat. Mengacu pada Interdependence Theory, dimana setiap individu akan selalu membandingkan outcome apa yang didapatkan dari pasangan dengan ekspektasi yang diinginkan dalam hubungan. Ketika hal yang didapatkan dari pasangan (outcome) berada dibawah comparison level individu maka akan menghasilkan ketidakpuasan dalam hubungan yang dalam teori lanjutnya akan mengurangi komitmen individu dalam mempertahankan hubungannya.

Investment Model

Berdasarkan investment model, terdapat setidaknya tiga hal yang memengaruhi bertahannya komitmen dalam suatu hubungan, yaitu (1) satisfaction; (2) Alternative Quality (3) Investment size. Dalam hal ini, satisfaction didefinisikan sebagai kepuasaan individu dalam hubungannya dengan pasangan. Semakin tinggi tingkat kepuasannya maka akan semakin besar pula komitmennya. Akan tetapi satisfaction bukan penentu utama dari keberlangsungan komitmen ini karena komitmen juga dipengaruhi oleh dua variabel lainnya yakni alternative quality dan investment size. Variabel kedua, Alternative Quality. Alternative quality mengacu pada seberapa besar attractiveness yang ada pada orang lain atau memiliki availability yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasangannya. Jika seorang individu menemukan adanya orang lain yang lebih menarik dibanding pasangannya atau dapat memberikan hal lebih yang dibutuhkannya maka akan berkorelasi negatif dengan komitmen yang dipertahankan. Variabel terakhir dalam model ini adalah investment size. Investment size mengacu pada bagaimana dan seberapa besar resources yang menyangkut hubungan tersebut atau dalam kata lain hal apa saja yang sudah dikorbankan untuk hubungan tersebut, hal apa saja yang didapatkan dalam hubungan tersebut, dan hal apa yang akan hilang jika hubungan tersebut berakhir. Beberapa contoh investment dalam sebuah pernikahan adalah anak, harta bersama, seberapa lama waktu yang sudah dihabiskan, dan hal-hal lainnya yang akan berbeda pada setiap hubungan. Semakin besar investment size dalam suatu hubungan maka akan semakin besar pula komitmen dalam hubungan tersebut karena akan semakin banyak hal yang harus dipertimbangkan ketika memutuskan hubungan tersebut.

Lack of self-control or regulation

Dalam menjalin dan mempertahankan sebuah hubungan, setiap orang memiliki perbedaan motivasi Walaupun terdapat banyak alasan yang beragam tetapi satu hal yang menarik adalah semua kapasitas pengimplementasian hal tersebut dipengaruhi oleh self-regulasi dari seseorang. Pengaturan diri atau yang sering disebut dengan self-regulation adalah pengaturan diri terhadap kognisi, perasaan (emosi, mood), motivasi, dan perilaku melalui penggunaan strategi pribadi yang dilakukan secara siklus untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Regulasi diri merupakan hal mendasar untuk mencapai tugas perkembangan yang adaptif dalam setiap tahap perkembangan, tidak terkecuali dalam hubungan (McClelland, 2018). Mempertahankan komitmen self-regulation ini diperlukan untuk menahan gangguan eksternal seperti ketertarikan kepada orang lain selain pasangannya dll.

Power and status

Dengan banyaknya pejabat atau artis yang selingkuh setiap tahunnya, muncul pertanyaan apakah status sosial atau kekuasaan mempengaruhi keinginan untuk berselingkuh. Dilihat dari survei yang dilakukan pada 1,561 professionals di Belanda, kekuasaan(dalam hierarki sosial) diasosiasikan dengan meningkatnya self-reported infidelity dan intensi untuk melakukan ketidaksetiaan, hal ini tetap benar walaupun telah dilakukan kontrol gender, usia dan tingkat pendidikan. Kekuasaan yang dimiliki berpengaruh terhadap rasa percaya diri, rasa percaya diri membuat individu optimis dengan persepsi mereka mengenai sexual interest di pihak calon pasangan potensial (Kunstman & Maner, 2011) Sehingga mereka merasa pantas dan mampu untuk mendapatkan pasangan yang lebih baik.

Avoidant attachment styles

Fenomena perselingkuhan juga dapat dilihat dari sudut pandang attachment theory Dilihat dari attachment styles theory, orang-orang dengan avoidant styles berselingkuh untuk lari dari kedekatan dalam hubungan karena bagi orang dengan avoidant attachment style, perselingkuhan bisa menjadi sebuah strategi pengaturan emosi. Orang dengan avoidant attachment berselingkuh untuk menjauhkan diri dari pasangannya. (Genevieve, et al. 2011) Perilaku selingkuh juga membantu mereka untuk menghindari ketakutan terhadap komitmen, memberi jarak dengan pasangan, hingga membantu mereka menjaga ruang dan kebebasan mereka. Namun, jika seorang individu dengan avoidant attachment style memiliki komitmen yang tinggi terhadap hubungannya, maka kemungkinan mereka untuk berselingkuh tidak berbeda dengan individu dengan secure attachment

Efek Wellbeing

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam perkawinan, komitmen adalah salah satu bagian terpenting dalam menjaga kesetiaan pada pasangan, tanpa adanya komitmen maka suatu hubungan tidak akan berjalan dengan baik. Perbuatan selingkuh merupakan bentuk ketidaksetiaan atau merusak komitmen yang telah dibangun. Perselingkuhan yang dilakukan oleh suami memiliki dampak bagi istri dan berlangsung jangka panjang (Moore, 2002; Spring & Spring, 2000; Subotnik & Harris, 2005). Perselingkuhan yang dilakukan suami adalah sebuah tamparan hebat bagi harga diri istri, tak heran bila duka yang ditinggalkan sangat menyakitkan dan sulit disembuhkan. Hal ini dapat menimbulkan dampak psikologis seperti perasaan sakit hati kemarahan yang luar biasa, depresi, kecemasan, perasaan tidak berdaya, dan kekecewaan yang amat mendalam. Selain itu, terdapat beberapa dampak lain yang dirasakan oleh korban terhadap kesejahteraannya (well-being). Nah, dampak yang dirasakan tersebut adalah :

Emotional and Psychological Distress

Pada orang dewasa, persepsi individu terhadap perselingkuhan yang dilakukan pasangan berdampak pada mental health individu tersebut seperti emotional and psychological distress, depresi, anxiety, hingga menurunkan kepercayaan diri. Hal ini dikembangkan berdasarkan teori transactional stress theory oleh Lazarus (1984) yang dilakukan oleh Shrout & Weigel (2017) dimana, individu akan menilai perselingkuhan yang dilakukan pasangannya berdasarkan faktor lingkungan dan personal, bagaimana individu tersebut melihat sebab, dan perilaku pasangan.

Perselingkuhan dapat meningkatkan emotional and psychological distress hingga menurunkan subjective well being jika penilaian individu terhadap perselingkuhan merupakan situasi stressfull. melalui distress yang dialami dari perselingkuhan, lalu apa yang membuat individu dapat memaafkan hal tersebut? terdapat 4 hal yang mendasari alasan atau pertimbangan untuk memaafkan (Apostolou & Demosthenous, 2020) yaitu: (1) demi anak. (2) individu pernah berselingkuh juga sebelumnya. (3) berjanji untuk tidak melakukan kesalahan yang sama lagi kedepannya. (4) ketergantungan terhadap pasangan.

Perubahan Fisiologis pada Otak

Perselingkuhan dapat menimbulkan perubahan yang signifikan pada representasi neural di otak individu yang diselingkuhi. Perlu kita ketahui bahwa perasaan cinta, terlebih yang dialami suatu pasangan, seringkali diiringi oleh euphoria dan kegembiraan yang luar biasa. Dalam beberapa kasus, rasa cinta juga dapat terasa adiktif bagi otak (Moore, 2021). Maka dari itu, rasa penolakan cinta yang terjadi akibat perselingkuhan dapat sangat mengguncang individu. Hal tersebut dapat menyebabkan beberapa perubahan pada pathway otak dengan gejala yang cukup serupa dengan individu yang sedang melalui withdrawal syndrome. Withdrawal syndrome adalah serangkaian gejala fisik dan psikologis yang muncul ketika pecandu tidak lagi mendapatkan zat tersebut. Kondisi ini sering juga disebut dengan istilah sakau atau gejala putus obat (Rafiqua, 2020). Hal ini disebabkan oleh terganggunya jalur otak yang melepaskan hormon, seperti oxytocin dan dopamine. Penolakan akibat perselingkuhan dapat menyebabkan konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang pada keadaan fisiologis otak.

Peristiwa perselingkuhan yang akhir-akhir ini banyak dibahas nyatanya bukan tanpa alasan. Beberapa hal yang mungkin dapat menyebabkan antara lain adanya perbedaan pada ekspektasi dan outcome yang didapat, adanya alternatif atau pilihan lain yang lebih baik atau sama baiknya dengan pasangan, rendahnya kemampuan regulasi diri, adanya kekuasaan atau status, serta attachment styles atau kepribadian tiap individu. Perselingkuhan tentunya akan merugikan bagi pihak yang diselingkuhi. Peristiwa tersebut akan menimbulkan perasaan sakit hati kemarahan yang luar biasa, depresi, kecemasan, perasaan tidak berdaya, dan kekecewaan yang amat mendalam bagi korban. Pasangan tersebut akan memiliki konflik untuk bertahan atau berpisah dan akan menjadi lebih sulit jika pasangan tersebut memiliki anak.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Fact News
Fact News

Written by Fact News

Dept. Kajian Strategis BEM Kema Fapsi Unpad 2022 Kabinet Oragastra

No responses yet

Write a response