WORLD MENTAL HEALTH DAY — Kesehatan Mental di Indonesia

Fact News
8 min readOct 10, 2021

--

Selamat memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia, Goodreaders!

Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi kondisi mental seseorang, mulai dari kondisi biologis, psikologis, hingga lingkungan tempat ia tinggal dan beraktivitas. Kali ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai lingkungan yang sehat mental serta dampak dan cara menciptakannya di kehidupan kita sehari-hari.

Pengertian Lingkungan Sehat Mental

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lingkungan adalah daerah dan segala sesuatu yang termasuk di dalamnya. Sementara, sehat secara mental adalah keadaan dimana seseorang dapat merasa sejahtera baik secara psikologis, emosional, ataupun sosial (Nareza, 2020). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa lingkungan sehat mental adalah daerah dan segala sesuatu di dalamnya yang dapat mendukung kesejahteraan individu baik secara psikologis, emosional, ataupun sosial.

Dampak Lingkungan terhadap Kesehatan Mental Seseorang

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dengan lingkungan dimana dia berada, maka tidak heran jika kondisi lingkungan tersebut akan memiliki dampak besar pada kesehatan mentalnya. Sebuah penelitian terdahulu menemukan bahwa lokasi perumahan dapat berdampak pada well-being seseorang (Wright & Kloos, 2007). Selain itu, Pulse (2020) mengatakan bahwa environmental stress seseorang saat masa kanak-kanak akan berdampak pada munculnya depresi saat remaja dan dewasa. Penelitian menemukan bahwa anak-anak yang tidak mendapatkan layanan edukasi yang layak, tidak memiliki hubungan baik dengan orang tua, dan telah mengalami perlakuan buruk sebelum usia sebelas tahun memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami depresi.

Selain lingkungan rumah, lingkungan pekerjaan seseorang juga dapat berdampak pada kondisi mental mereka. Lingkungan kerja yang dipenuhi dengan tekanan akan membuat pekerja mengalami stress yang tinggi dan burnout (Johnson et al., 2020). Sebaliknya, lingkungan kerja yang positif dan mengedepankan well-being pekerja dapat meningkatkan tingkat produktivitas sebesar 12% (Mental Health Foundation, 2020)

Bagaimana ya Kondisi Lingkungan Kesehatan Mental di Indonesia?

  • Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, terdapat peningkatan secara signifikan prevalensi gangguan jiwa mencapai 7–10% per tahunnya. Saat pandemi COVID-19 mewabah ke Indonesia, selain berdampak pada kesehatan fisik, kesehatan psikis atau mental juga dapat memungkinkan ikut terdampak . Hal ini terlihat dari survei secara daring yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), menjelaskan bahwa sebanyak 63 persen responden mengalami cemas dan 66 persen responden mengalami depresi akibat pandemi COVID-19.
  • Dibandingkan beberapa dekade sebelumnya, terdapat kemajuan dalam kebijakan kesehatan mental di Indonesia, meskipun kemajuannya cenderung lambat (Ridlo, 2020). Hal ini terlihat dari pemerintah yang sudah mulai menyertakan layanan konsultasi ke psikolog di layanan BPJS Kesehatan. Selain itu, pemerintah sudah memastikan ketersediaan psikolog di beberapa puskesmas di kota besar (satupersen.net). Namun, sama seperti negara berkembang lainnya, perumusan kebijakan kesehatan mental belum ditunjang oleh data yang adekuat. Padahal dalam merumuskan kebijakan yang efektif sangat dibutuhkan data yang berkualitas, sehingga upaya penanganan kesehatan mental dapat lebih optimal pada tingkat pelayanan kesehatan primer dan sekunder (Ridlo & Zein, 2015).
  • Kesehatan mental di Indonesia dapat disebut dalam kondisi darurat loh! Dilansir dari satupersen.net, fasilitas kesehatan mental yang disediakan oleh pemerintah masih belum memadai. Salah satunya adalah jumlah ketersediaan tenaga psikolog dan psikiater di Indonesia belum mencapai standar WHO untuk proses pelayanan kesehatan mental (Wijaya, 2019). Menurut data Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, negara kita hanya punya sekitar 2500 psikolog klinis dan 600–800 psikiater. Hal ini berarti, 1 psikiater harus melayani 300.000–400.000 pasien, sedangkan WHO menetapkan standar bahwa perbandingan jumlah penduduk dengan jumlah tenaga psikolog dan psikiater adalah 1:30 ribu orang atau 0,03 per 100.000 orang (satupersen.net). Wah ternyata bedanya jauh sekali ya! Selain itu, akses layanan kesehatan mental masih terbatas di kota-kota besar. Pemerintah juga masih jarang mensosialisasikan hal ini. Sebagian masyarakat masih sulit untuk mencari psikolog yang available dan terjangkau. Terhitung pada tahun 2019, masih terdapat 6 provinsi yang tidak memiliki rumah sakit jiwa (Kementerian Kesehatan RI, 2019).
  • Selain dari fasilitas pemerintah, tantangan lainnya dalam layanan kesehatan jiwa adalah stigmatisasi dan pemasungan. Psikiater Andreas Kurniawan dan Benny Prawira Siaw, Koordinator Pencegahan Bunuh Diri Into the light, mengungkapkan bahwa stigma yang dilekatkan pada ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) dan keluarganya menghambat motivasi untuk berobat (Tuasikal, 2019). Selain itu, pemasungan juga merupakan hambatan lain dalam upaya peningkatan kesehatan jiwa. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, mengungkapkan bahwa keluarga yang mempunyai anggota ODGJ pernah melakukan pemasungan sebanyak 14% dan pemasungan 3 bulan terakhir sebanyak 31,5%. Maka dari itu, masyarakat Indonesia penting untuk memiliki pemahaman yang mendalam mengenai kesehatan mental.

Ciptakan Lingkungan Sehat Mental, Mulai dari Sekarang

Di balik fenomena kesehatan mental dan problematika penanganannya, tidak dapat dipungkiri faktor lingkungan turut andil membentuk individu yang sehat mental. Akan tetapi, minimnya jangkauan pengetahuan untuk mengimplementasikan lingkungan sehat mental dari sisi praktis menyebabkan kesejahteraan psikologis. menjadi hal yang kritis. Lantas, langkah apa saja ya yang dapat dilakukan goodreaders untuk menciptakan lingkungan sehat mental?

  • Bekali Diri dengan Informasi Kesehatan Mental

Membekali diri dengan informasi kesehatan mental berarti mencari dan menambah pengetahuan serta wawasan terkait gejala, ciri-ciri, serta berbagai prediktor yang memengaruhi kesehatan mental (Kumampung, 2021). Namun, agar terhindar dari self-diagnosis, individu harus segera berkonsultasi dengan tenaga profesional. Era kini, hadirnya platform-platform digital mengenai kesehatan membantu aksesibilitas kita untuk menjangkau informasi kesehatan mental, di mana pun dan kapanpun. Bagi goodreaders yang ingin mengetahui beberapa sumber kredibel untuk berkonseling daring atau sekadar memperkaya wawasan terkait kesehatan mental dapat mengakses informasi di kajian sebelumnya, ya!

  • Penuhi Kebutuhan Dasarmu!

Untuk membangun lingkungan yang sehat mental, goodreaders juga harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar seperti istirahat yang cukup, menjaga pola makan dengan makanan yang bergizi, serta sempatkan berolahraga yang ringan setiap harinya. Ketika kegiatan-kegiatan tersebut dapat dipenuhi, individu akan lebih siap menghadapi hari dan siap untuk menebarkan energi positif bagi lingkungan (Fadli, 2021) . Selain itu, luangkanlah waktu melakukan hobi yang disukai, berkumpul bersama orang-orang terdekat untuk sekadar berbagi cerita dan berkeluh kesah, atau bahkan menyempatkan berlibur di akhir pekan. Penuhi kebutuhanmu dan sisihkan sedikit waktu untuk enjoy the moment, goodreaders!

  • Kenali Peran di Lingkungan

Peran kita dalam lingkungan organisasi, keluarga, atau dunia kerja secara tidak langsung memiliki hubungan yang resiprokal baik dari pengaruh lingkungan terhadap sikap kita atau peran kita terhadap perubahan lingkungan. Menurut Littlefield et al., (2014), terdapat lima pilar yang mempengaruhi lingkungan kerja yang sehat mental dengan salah satu elemennya adalah kejelasan peran. Kejelasan peran tentunya tidak sebatas pada dunia kerja tetapi mencakup dinamika di lingkungan luar. Hal tersebut menuntun individu memiliki sense of purpose untuk berkiprah dalam kegiatan secara optimal sesuai target (CPMH, 2020) . Lebih jauhnya, mengenali peran ini dapat meningkatkan keterlibatan tim dan membatasi kita untuk melakukan hal-hal yang di luar kendali sehingga lingkungan yang sehat mental pun akan terbangun sejalan dengan motivasi serta komitmen untuk berkembang dan berproses bersama.

  • Fokuskan Langkah Awalmu!

Dimanapun tempat dan situasi kita berada, tentu saja goodreaders bisa mengawali perubahan dari sesuatu yang dapat dilakukan secara relatif mudah. Kenali lingkungan sekitar dan fokuskan perhatian kita pada hal-hal yang dikuasai terlebih dahulu. Mulailah pembenahan dari tempat yang paling sering kita gunakan, pastikan juga kenyamanan dan keteraturan tempat agar perannya dapat menunjang aktivitas sehari-hari.

Terlebih di tengah pandemi COVID-19, timbul beberapa dampak negatif pada psikologis suatu individu (Shabuur, 2020). Sebagai mahasiswa, berbagai permasalahan yang memengaruhi kesehatan mental dapat muncul karena kurang layaknya lingkungan pembelajaran di area tempat tinggal (Fitriyani, 2020). Kita bisa mengoptimalkan produktivitas melalui pembagian terstruktur pada tempat yang kita miliki, seperti membuat suatu pemisah antara area istirahat dan area studi. Pemisah yang dimaksud tidak harus berwujud secara konkret, tetapi dapat dilakukan dengan mengkhususkan area studi untuk menciptakan suasana yang lebih kondusif (Akbara, 2020). Terdapat beberapa elemen yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan tempat beraktivitas, seperti aksesibilitas terhadap sinar yang cukup, menjaga estetika dan keapikan tempat, serta menggunakan beberapa media yang merangsang indra-indra untuk membangun suasana dan tingkat kenyamanan yang dikehendaki.

  • Persepsi yang Memengaruhi Hal di Sekitar Kita

Persepsi yang dimiliki juga tidak kalah penting dalam memberikan andilnya terhadap apa yang dirasakan di sekitar kita. Terkadang, menyalahkan faktor yang berada di luar jangkauan, seperti kondisi cuaca ekstrim dan toxic work environment memanglah lebih mudah. Namun, memusatkan atensi terhadap hal yang tidak dimiliki kendalinya malah akan berdampak cenderung buruk pada kondisi mental suatu individu. Mengubah cara pandang dan menerapkan pola pikir positif dalam pendekatan penyelesaian suatu masalah akan memberikan dampak yang cukup signifikan (Shabuur, 2020). Mengapresiasi hal kecil di sekitar kita juga dapat dilakukan untuk melatih persepsi terhadap situasi yang telah terjadi. Terakhir, dengan meninggalkan kebiasaan buruk menimbun juga dapat goodreaders lakukan untuk mencapai lingkungan yang sehat mental.

Indonesia Sehat Mental? Mulai dari Kita!

Kesehatan mental bukan hal sepele yang hanya dianggap kicauan belaka. Bukan pula hanya hubungan antara personal dan tenaga profesional melainkan melibatkan potensi dari setiap individu. Lingkungan yang suportif dan kesehatan mental yang stabil menjadi pondasi untuk mengeksplorasi potensi menjadi pribadi yang produktif. Mulai saat ini kita berbenah mengenali diri, gali informasi, dan jalin hal positif dalam berelasi! Sehat mental? Mulai dari kita!

Referensi

CPMH. (2020, September 28). Menjaga Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja. Retrieved from Center For Public Mental Health Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada: https://cpmh.psikologi.ugm.ac.id/2020/09/28/menjaga-kesehatan-mental-di-lingkungan-kerja/

Fadli, R. (2021, January 20). Bagaimana Cara Menjaga Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja? Retrieved from Halodoc: https://www.halodoc.com/artikel/bagaimana-cara-menjaga-kesehatan-mental-di-lingkungan-kerja

Fitriani, Y. (2020). Motivasi Belajar Mahasiswa Pada Pembelajaran Daring Selama Pandemik Covid-19, 6(2). https://doi.org/http://do1.org/10.33394/k.V012.2054

Johnson, A. R., Jayappa, R., James, M., Kulnu, A., Kovayil, R., & Joseph, B. (2020). Do low self-esteem and high stress lead to burnout among health-care workers? Evidence from a tertiary hospital in Bangalore, India. Safety and health at work, 11(3), 347–352.

Kumampung, D. R. (2021, January 11). 10 Cara Ciptakan Lingkungan Rumah yang Positif untuk Mental. Retrieved from Kompas.com: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/01/11/182505420/10-cara-ciptakan-lingkungan-rumah-yang-positif-untuk-mental?page=all

Littlefield, L. S. (2014). A workplace prevention approach to employee mental health. Perspective: Mental Health and wellbeing in Australia. Paragon Printers Australasia.

Mental Health Foundation. (2020). How to support Mental Health at work. Retrieved October 5, 2021, from https://www.mentalhealth.org.uk/publications/how-support-mental-health-work.

Nareza, M. (Ed.). (2020). Kesehatan mental: Pengertian, Jenis, Dan Cara Menjaganya. Alodokter. Retrieved October 5, 2021, from https://www.alodokter.com/cari-tahu-informasi-seputar-kesehatan-mental-di-sini.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia. (2020). 5 bulan pandemi COVID-19 di Indonesia. Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia. Retrieved from: http://pdskji.org/home

Pulse. (2020). The correlation between major depression and environment. Deep TMS Therapy and Depression Treatment Los Angeles. Retrieved October 5, 2021, from https://pulsetms.com/depression-issues/depression-and-environment/.

Ridlo, I. A., & Zein, R.A (2015). Arah Kebijakan Kesehatan Mental: Tren Global dan Nasional serta Tantangan Aktual. Buletin Penelitian Kesehatan. https://doi.org/10.22435/bpk.v46i1.4911.45-52

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf — Diakses Agustus 2018

Shabuur, M. I. (2020). Pengelolaan Stres Dan Peningkatan Produktivitas Kerja Selama Work from Home Pada Masa Pandemi Covid-19, 7(2). https://doi.org/doi:10.24843/1pU.2020.v07.i02.0.09

Tuasikal, R. (2019, 16 Oktober). Kesehatan jiwa Indonesia: Makin sadar tapi terganjal stigma. VOA. Diunduh tanggal 10 Maret 2020, dari https://www.voaindonesia.com/a/kesehatanjiwa-indonesia-makin-sadar-tapi-terganjal-stigma/5125203.html

Wijaya, Y. (2019). Kesehatan Mental di Indonesia : Kini dan Nanti. Buletin Jagaddhita, 1(1). Retrieved 5 October 2021, from http://buletin.jagaddhita.org.

Wright, P. A., & Kloos, B. (2007). Housing environment and mental health outcomes: A levels of analysis perspective. Journal of environmental psychology, 27(1), 79–89

--

--

Fact News
Fact News

Written by Fact News

Dept. Kajian Strategis BEM Kema Fapsi Unpad 2022 Kabinet Oragastra

No responses yet